Episode 5. Nama Nabi Khongcu
Berdasarkan tempat sang Bunda bermohon karunia Tuhan di Ni Khiu (Bukit Ni), maka oleh Bapak Siokliang Hut sang bayi diberi nama ‘Khiu’ yang berarti ‘Bukit’, alias ‘Tiong Ni’ yang berarti ‘Putera Ke Dua Dari Bukit Ni’.
Dari keterangan di atas dapat kita ketahui bahwa nama lengkap beliau ialah Khong Khiu, alias Tiong Ni; sedang para murid dan orang-orang jaman itu menyebutnya Khongcu atau Khonghucu yang berarti Guru Besar Khong, dan sarjana-sarjana Barat menyebutnya dengan nama: CONFUCIUS dan umatnya disebut sebagai umat Confucian.
Tempat kediaman ayah-bunda Nabi Khongcu ialah di kampung Chiang Ping, kota Coo-iep, negeri Lo, jazirah Shantung dan dilahirkan di lembah Khongsong.
Dari tempat inilah kelak akan bersuar Jalan Suci dan Kebajikan, diku mandangkan Cinta Kasih dan Kebenaran.
=================
Episode 6. Wafat Siokliang Hut
Siok-liang Hut yang perwira negeri Lo itu, sesungguhnya telah lanjut usia; betapapun perkasa ternyata waktu dan usia telah merenggut kesehatannya.
Suatu hari beliau jatuh sakit; berbagai ramuan dan obat diusahakan, tetapi tidak menolong dan akhirnya beliau wafat, meninggalkan dunia tempat menunaikan tugas menegakkan Firman Tuhan dan pulanglah beliau ke haribaan Khaliknya. Beliau meninggalkan isteri dan anak-anaknya. Ketika itu Nabi Khongcu baharu berusia tiga tahun.
Demikianlah sejak kecil Nabi Khongcu diasuh oleh Ibunda Tiencai; beliau diasuh bersama kakaknya di rumah nenek luarnya. Meskipun hidup di dalam kesederhanaan dan kemiskinan, masih beruntunglah beliau karena ibu Tiencai berasal dari keluarga terpelajar lagi sastrawan.
Nabi pernah bersabda, “Pada waktu muda Aku banyak menderita.” tetapi beliau pun bersabda, “Justru karena Aku tidak diperdulikan dunia, maka lebih banyaklah pengetahuan yang kuperoleh.” (Sabda Suci IX: 6,7).
=================
Episode 7. Masa Bermain Nabi Khongcu
Ketika Nabi berusia sekitar empat, lima tahun, beliau biasa bermain-main bersama kawan-kawan sebaya di sekitar kediamannya.
Ada suatu sifat istimewa pada beliau, di dalam bermain mempunyai kesukaan memimpin kawan-kawannya menirukan orang-orang melakukan upacara sembahyang.
Kepada ibunda Tiencai, beliau meminta beberapa buah alat sembahyang tiruan yang disebut Coo dan Too; dijajar-jajar di atas meja dan memimpin kawan-kawan itu seolah - olah sungguh-sungguh melakukan sembahyang.
Coo adalah semacam kotak untuk menempatkan manisan dan Too ialah semacam mangkok. Keduanya adalah alat-alat upacara sembahyang pada musim-musim tertentu pada jaman itu.
Hal di atas menunjukkan sifat beliau yang sejak kecil sudah tertarik akan adat-istiadat sembahyang dan beribadah; suatu sifat yang lain sekali bila dibandingkan dengan anak-anak kecil lain.
=================
Episode 8. Masa Sekolah Nabi Khongcu
Mula-mula Nabi menerima pendidikan dasar dari Ibunda Tiencai, juga mendapat bimbingan dari nenek luarnya.
Ketika berusia tujuh tahun secara formal disekolahkan di perguruan Yan Ping Tiong, yaitu sekolah yang dikelola oleh ayah Yan Ping Tiong. Yan Ping Tiong ialah orang yang kemudian termashyur sebagai perdana menteri negeri Cee; masa kecilnya kawan sebaya Nabi Khongcu.
Pada jaman itu, anak-anak diterima menjadi murid setelah berusia delapan tahun. Di sekolah mereka diajar cara menyiram, membersihkan lantai, bertanya-jawab dengan guru di samping pendidikan budi pekerti, musik, naik kuda, memanah, bahasa dan berhitung.
Nabi bersabda, “Pada waktu berusia 15 tahun, sudah teguh semangat belajarku.” (Sabda Suci II/4). Ini menunjukkan sejak usia 15 tahun beliau telah bertekad meluaskan pengetahuannya dengan kekuatan rohani yang diwahyukan kepadaNya; jadi tidak lagi hanya berhubungan dengan pendidikan yang diterima di sekolah itu.
Di sekolah, karena kemajuannya yang pesat, sering ditugasi bapak guru membantu mengajar murid-murid lain.
=================
Episode 9. Pernikahan
Dari masa sekolah sampai menjelang dewasa tidak banyak kejadian penting yang dapat diceritakan. Hanya kita ketahui, beliau telah teguh semangat belajar waktu usia 15 tahun dan ketika berusia 17 tahun terpaksa meninggalkan bangku sekolah untuk bekerja demi meringankan beban ibunda.
Ketika beliau berusia 19 tahun, sesuai dengan adat jaman itu, beliau dinikahkan dengan seorang gadis dari keluarga Kian-kwan dari negeri Song.
Pernikahan ini hanya dirayakan secara sederhana; hari yang penting itu tidak disuasanai kemeriahan pesta melainkan suasana rohani yang suci dan khidmat mengantarnya; disucikan dan diteguhkan dengan melakukan ibadah besar kepada THIAN, Tuhan Yang Maha Besar dan kepada arwah leluhur.
“Bila tiada keselarasan antara langit dan bumi, takkan tumbuh segenap kehidupan. Upacara pernikahan ialah pangkal peradaban sepanjang jaman, Dia bermaksud memadukan dan mengembangkan benih kebajikan dua jenis manusia yang berlain keluarga untuk melanjutkan Ajaran Suci pada Nabi, ke atas untuk memuliakan Firman THIAN, mengabdi leluhur dan ke bawah meneruskan keturunan.” (Lee Ki: XXVII).
=================
Episode 10. Kelahiran Pik Gi
Pernikahan Nabi Khongcu itu ternyata membawa karunia besar bagi keluarga Khong. Setahun kemudian lahirlah seorang putera laki-laki tunggal beliau; putera ini diberi nama ‘Li’ alias ‘Pik Gi’.
Nama Li yang berarti ‘Ikan Gurami’ diberikan sebagai peringatan pemberian seekor ikan gurami dari Lo Ciau Kong, Raja muda Negeri Lo, tatkala tiba saat upacara genap satu bulan sang bayi. Pik Gi berarti putera pertama yang bernama ‘Ikan’.
Kejadian ini menunjukkan bahwa dalam usia yang masih muda itu Nabi telah banyak dikenal masyarakat sekitarnya.
Pik Gi sekalipun mendapat pendidikan yang baik dari Nabi, nampaknya ia tidak banyak mendapat kemajuan dalam mengikuti jejak ayahnya. Meski demikian tidak berarti Pik Gi tidak berperanan dalam perkembangan Agama Khonghucu, sebab anaknya yang bernama Khiep alias Cu Su, kelak akan menjadi penerus besar dalam Agama kita; beliaulah yang menulis dan membukukan Kitab Tiong Yong (Tengah Sempurna) yang merupakan Kitab Tuntunan Keimanan kita.
Pik Gi mempunyai dua orang adik perempuan; salah satu di antaranya menjadi isteri Kong-ya Tiang, murid Nabi. (Sabda Suci V: 1).
=================
Episode 11. Menjadi Kepala Dinas Pertanian
Ketika Nabi berusia 20 tahun, untuk menanggung beban rumah tangganya, beliau bekerja pada kepala keluarga bangsawan besar Kwisun. Oleh Kwi-sun, beliau diberi pekerjaan sebagai kepala dinas pertaniannya. Jabatan ini sesungguhnya kurang sesuai dengan pengetahuan yang beliau miliki; meski demikian beliau telah melakukan tugas ini dengan sebaik-baiknya.
Beliau mengawasi seluruh pekerjaan pengumpulan hasil bumi kepala keluarga itu; selalu dijaga jangan sampai ada kecurangan dan pemerasan yang dapat merugikan para petani. Beliau sering beramah-tamah dengan para petani itu sehingga banyak mengetahui suka duka yang ditanggung mereka.
Di dalam pengaturan tata buku, beliau selenggarakan dengan penuh keseksamaan dan tertib. Oleh kebijaksanaanNya, dalam waktu singkat dapat ditertibkan berbagai pekerjaan yang mula-mula tidak beres; dengan demikian dapat dibersihkan dari perkara yang curang.
Beliau berpedoman, “Seorang Kuncu (Susilawan) mengutamakan kepentingan umum, bukan kelompok; seorang rendah budi mengutamakan kelompok, bukan kepentingan umum.” (Sabda Suci II: 14).
=================
Episode 12. Membereskan Dinas Peternakan
Keberhasilan Nabi di dalam membina dinas pertanian menyebabkan beliau diberi kepercayaan pula untuk membereskan dinas peternakan keluarga besar Kwi-sun yang mengalami berbagai kekisruhan.
Tugas baharu ini pun diterima dengan gembira, – memang Nabi seorang yang gembira di dalam kerja -, dengan penuh kesungguhan hati beliau berusaha membenahi berbagai masalah dalam dinas yang baharu ini.
Pembagian tempat penggembalaan diatur baik-baik, demikian pula persediaan makanan ternak untuk musim dingin sangat diperhatikan. Dalam lapangan yang baru ini beliau juga selalu menaruh perhatian akan nasib para penggembala yang sering menjadi korban penipuan dan pemerasan orang-orang yang lebih tinggi kedudukannya. Dari pengalaman beliau inilah kelak kita tidak akan heran dan memahami mengapa Nabi selalu menjunjung tinggi kepentingan rakyat.
Dalam waktu yang relatif singkat beliau berhasil pula membereskan dinas peternakan ini; semua pembukuan berjalan lancar, hewan ternak pun subur berbiak dan tambun-tambun.
=================
Episode 13. Pemakaman Jenazah Ayah – Bunda Nabi
Ayah Nabi seperti kita ketahui telah wafat tatkala Nabi baharu berusia tiga tahun; dan pada tahun 525 SM, Ibu Tiencai berpulang, yaitu ketika Nabi berusia 26 tahun.
Karena Nabi masih kanak-kanak tatkala Siok-liang Hut meninggal dunia, maka menurut adat jaman itu, jenazahnya masih dimakamkan di tempat pemakaman sementara di tepi jalan Ngo Hu, yaitu menanti beliau cukup umur untuk melakukan kewajiban pemakaman orang tuanya.
Karena itu, setelah wafat ibunda Tiencai, jenazah kedua orang tua itu dimakamkan bersama-sama di satu tempat di Hong San, Bukit Bentara Sang Sempurna; demikian dinamakan orang-orang kemudian.
Disitulah tempat istirahat kedua orang yang memunculkan Sang Nabi, Pendidik dan Pelopor kemanusiaan dalam menegakkan Firman Gemilang itu untuk selama-lamanya. Salam, ketenteraman dan kedamaian yang abadi semoga menyertai mereka.
“Hati-hati saat orang tua meninggal dan jangan lupa memperingatinya sekalipun telah jauh. Dengan demikian akan menebalkan Kebajikan.” (Sabda Suci I: 9).
Please write a comment after you read this article. Thx..!!