Font Re-Size
Setelah lulus dari ujian, seorang pria muda ditunjuk sebagai pejabat pemerintahan di sebuah provinsi. Dia pergi untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mentornya yang merupakan seorang menteri pemerintahan senior.
"Bekerja di lokasi provinsi seperti itu tidaklah mudah. Kamu harus berhati-hati"
"Baiklah. Terimakasih atas nasehat bapak," kata anak muda itu. "Mohon jangan khawatir. Saya telah menyiapkan seratus ungkapan semanis madu di benak saya. Kalau nanti saya bertemu dengan pejabat disana, saya akan menggunakanya. Dia pasti akan senang."
"Bagaimana kamu dapat melakukan hal itu?" tanya mentornya dengan tidak senang. "Kita adalah pria sejati. Kita mempunyai prinsip. Kita tidak seharusnya menggunakan sanjungan."
"Sayangnya, pada kenyataannya kebanyakan orang senang disanjung." kata muridnya putus asa. "Hanya beberapa orang pria yang benar-benar sejati seperti anda yang tidak menyukai sanjungan."
"Mungkin kamu benar," mentornya mengangguk sambil tersenyum.
Kemudian pria ini menceritakan cerita ini kepada temannnya. "Saya sudah menggunakan satu dari persediaanku. Sekarang saya memiliki sembilan puluh sembilan ungkapan yang tersisa.
Dalam Hidup ini pada kenyataannya setiap manusia suka disanjung karena merasa di lebih dihargai. Tetapi gunakanlah sanjungan tersebut untuk menghargai mereka dalam memperoleh / memperjuangkan sesuatu bukan untuk menjilat mereka.
sumber : disini
Please write a comment after you read this article. Thx..!!
0 comments:
Post a Comment