Font Re-Size
Cemerlang, fasih dalam bicara dan cerdas, itulah Zi Gong, satu di antara murid Nabi Kongzi yang terkemuka. Suatu hari Zi Gong bertanya kepada Gurunya bagaimana pendapat beliau tentang dirinya. Nabi menjawab, “Engkau dapat diumpamakan sebagai Ho Lian. ”Ho Lian ialah sejenis peralatan sembahyang yang terbuat dari batu giok (jade), digunakan untuk tempat sajian berupa makanan dalam upacara sembahyang. Hal ini menunjukan betapa tinggi Nabi menghargai Zi Gong.
Ketika sebuah keluarga besar penguasa negeri Lo bertanya kepada Nabi agar menyarankan orang yang menjanjikan untuk suatu jawatan umum, beliau menyarankan Zi Gong, “Ia seorang yang benar lurus dalam memutuskan sesuatu.”
Kemudian, ketika negeri Lo terancam penyerbuan dari tetangganya, negeri Cee, banyak murid Nabi yang menyediakan diri sebagai sukarelawan, namun dicegah oleh beliau, hanya Zi Gong sendiri yang disarankan mengemban tugas itu. Dengan kemampuan politiknya dan dengan kepiawaiannya dalam berdiplomasi, ia dengan sukses mengubah situasi sekeliling dan terselamatkanlah negeri Lo. Ia tidak hanya berpuas diri menerima nasib – dengan kepandaiannya, Zi Gong terjun ke dunia perdagangan dan berhasil menjadi seorang saudagar besar.
Seperti yang terjadi banyak orang pandai dan percaya diri, ada kalanya Zi Gong agak terseret diri. Suatu ketika ia berkata, “Aku tidak ingin orang lain merecoki aku, maka aku pun tidak ingin merecoki orang lain.”Tetapi Nabi besabda, “Su (nama kecil Zi Gong), rasanya, itu belum menjadi kemampuanmu.
Sebagaimana Nabi Kongzi tidak segan-segan menegur muridnya bila perlu, Zi Gong pun akan menyampaikan pendapatnya tentang gurunya, meskipun dalam gaya yang sangat halus dan hormat. Suatu ketika Zi Gong bertanya yang mengarah ketidak setujuan terhadap sikap Gurunya menjauhi dunia politik, “Kalau seserang mempunyai sebuah batu giok yang indah,sebaiknya disimpan di dalam almari saja, atau lebih baik dijual?”Nabi menjawab,”Dijual! Dijual! Tetapi nantikanlah harga yang layak.
Zi Gong sangat dekat dengan gurunya, menjaga dan merawatNya pada waktu beliau sudah tua, dan ketika akhirnya Nabi Kongzi wafat, ia memimpin upacara perkabungan. Ia sangat berduka sehingga ia masih tinggal tiga tahun lagi setelah masa berkabung berakhir dan kawan-kawannya telah meninggalkan makam-Nya.
sumber : disini
0 comments:
Post a Comment