SOLO- Para rohaniawan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) diminta tidak bersikap eksklusif terhadap masyarakat sekitar. Mereka diharapkan tetap berinteraksi dengan umat lain dengan tujuan membangun persaudaraan umat.
Logo Google 28 September 2009 - Teacher Day(Confucius)
Demikian diungkapkan Ketua Umum Matakin Budi Santoso Tanuwibowo saat musyawarah kerja nasional (mukernas) di Hotel Lor In, Solo, Senin (27/9) malam.
Menurutnya, para rohaniawan dituntut tidak hanya bersembahyang dan memuja Tuhan, tapi juga diimbangi dengan interaksi terhadap sesama manusia serta lingkungannya. ”Sikap rohaniawan harus punya perpektif luas. Kami harus peka terhadap semua persoalan yang dihadapi bangsa,” katanya.Pria berkaca mata itu menuturkan, rohaniawan memiliki peran penting dalam melayani umat. Lebih dari itu, mereka juga harus mendidik mental para pengikutnya supaya menghindari segala hal yang merugikan agama, bangsa, serta negara.
Dia mencontohkan, sebagai rohaniawan perlu mendidik umatnya yang masuk PNS. ”Sedari awal, perlu memberi pendidikan agar jangan bermental korup. Soalnya Indonesia terkenal dengan korupsinya. Kami harus fasih menyampaikan itu,” ungkap dia.
Selain itu, rohaniawan juga dituntut turut menghilangkan budaya kekerasan yang terjadi di masyarakat, mendidik keluarga harmonis, mencegah perbuatan asusila dan menghindari narkoba. ”Jangan sampai itu terjadi. Sebagai rohaniawan, mari jawab persoalan itu dengan ikut andil dalam memberikan solusi yang tepat. Kita tidak boleh eksklusif lagi,” terangnya.
Setelah Khonghucu disahkan menjadi salah satu agama di Indonesia, para rohaniawan juga dituntut untuk mencetak para guru, khususnya yang menangani agama tersebut. Menurut dia, pihaknya mengaku kesulitan dalam mencari guru agama untuk mengajar di sekolah-sekolah mengingat mata pelajaran agama Khonghucu sudah masuk dalam kurikulum sekolah.
”Setelah 20 sampai 30 tahun dikekang, sekarang sulit mencari guru agama. Kami pikir, itu sangat mustahil,” tuturnya.
Karena itu, dalam mukernas 27-29 September, pihaknya menginginkan para peserta membahas soal pendidikan. ”Terus terang, sekarang tenaga pengajar untuk mata pelajaran agama Khonghucu masih banyak dipegang sarjana jurusan lain. Ke depan, kami akan mendirikan sekolah tinggi agama Khonghucu. Kemungkinan akhir tahun ini sudah bisa dimulai yang bertempat di Solo,” jelasnya.
Kegiatan yang bekerja sama dengan Kementerian Agama Kanwil Jateng itu diikuti sekitar 120 orang dari berbagai perwakilan Matakin di Indonesia. Hadir antara lain Kasubbag Humas dan KUB Kemenag Jateng Taufiqurrahman, Kasubbag TU Kemenag Jateng Suroso, Ketua Dewan Rohaniawan dan Koordinator Presidium Matakin Haksu Tjhie Tjay Ing dan sejumlah perwakilan yang lain.
Suroso mengapresiasi terhadap segala bentuk kegiatan yang dilakukan Matakin. Apalagi, data statistik umat Khonghucu terus meningkat dari tahun ke tahun. ”Selama ini, umat Khonghucu ikut memberi kontribusi besar kepada masyarakat. Misalnya, dengan adanya kegiatan semacam ini tentu sama halnya dengan pemerataan pembangunan. Jadi, kami sangat mendukung kegiatan Matakin ini,” katanya. (K4-41)
sumber : disini
Please write a comment after you read this article. Thx..!!