Font Re-Size
Episode 34. Di Istana Negeri Cee
Di Negeri Cee, Nabi menumpang pada salah seorang temannya bernama Koo Ciau-cu, yang menjadi menteri raja muda negeri Cee. Beberapa kali Raja muda Cee King Kong menerima beliau dengan hormat di istananya. Sering ia bertanya kepada Nabi hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan.
Raja muda Cee King Kong telah lanjut usia, lebih kurang 60 tahun usianya. Keadaan Negeri Cee tidak cemerlang dan tidak jauh berbeda dengan Negeri Lo. Kekuasaan dirampas oleh kepala keluarga bangsawan Tien seperti halnya Negeri Lo oleh Kepala Tiga Keluarga Besar-nya.
Dari kenyataan ini dapat kita simpulkan bahwa kekuasaan pemerintahan negara-negara pada jaman Chun Chiu itu kebanyakan sudah diambil oleh kepala-kepala keluarga besar di negeri masing-masing, raja muda hanya menjadi simbul saja.
Cee King Kong yang telah tua itu ternyata masih bertahun-tahun memerintah negerinya dan keterbatasan kekuasaannya itu meski diterima dengan berat hati ia tetap bersabar; bahkan ia tidak banyak meribu tkan tentang kekuasaannya itu.
=================
Episode 35. Kuil Raja Ciu Lee Ong Terbakar
Suatu hari Nabi sedang berwawancara dengan Cee King Kong di balairungnya, datang utusan dari Negeri Ciu yang memberitakan bahwa salah satu kuil leluhurnya terbakar.
Raja muda itu bertanya kepada Nabi, kuil siapa kiranya yang terbakar. Dengan tidak ragu-ragu Nabi bersabda, “Pasti Kuil Raja Ciu Lee Ong.” (Ciu Lee Ong memerintah tahun 878 SM – 826 SM).
Raja muda itu bertanya akan sebab-sebabnya. Nabi bersabda, “Di dalam Kitab Sanjak tertulis, ‘Sungguh Maha Besar THIAN, Tuhan Yang Maha Esa, jangan khilaf akan FirmanNya, kepada yang berbuat baik, Thian akan melimpahinya dengan Kebajikan.’ Bencana itu terjadi karena Ciu Lee Ong telah mengingkari hukum Raja Bun dan Bu, ia telah mendirikan bangunan-bangunan yang megah dan mewah, menghabiskan waktu dengan berfoya-foya dan berburu, menjalankan pemerintahan dengan sewenang-wenang dan kejam tanpa dapat dikendalikan. Maka Thian telah menghukum bakar kuilnya.”
Cee King Kong bertanya pula, “Mengapa THIAN tidak menghukum dirinya, tetapi menghukum bakar kuilnya?” Nabi bersabda, “Itulah karena berkat Kebajikan Raja Bun dan Bu. Kalau dihukum dirinya, mungkin akan terputus keturunan Raja Bun dan Bu, dengan menghukum bakar kuilnya, lebih ditunjukkan kesalahannya.
King Kong menengok ke kiri ke kanan lalu bertanya kepada utusan itu tentang kuil yang terbakar: ternyata benar kuil Ciu Lee Ong. Maka ia lalu berdiri menghormat dengan dua kali pai dan berkata, “Siancai! Sungguh kebijaksanaan Nabi jauh melampaui orang-orang.”
=================
Episode 36. Bertanya Tentang Pemerintahan
Di dalam kesempatan lain, Cee King Kong bertanya tentang pemerintahan yang baik.
Nabi bersabda, “Raja harus menepati kewajiban sebagai raja, menteri sebagai menteri, ayah sebagai ayah dan anak sebagai anak.”
Mendengar itu Raja muda King berseru, “Tepat, sungguh tepat! Sesungguhnya bila raja tidak menepati kewajiban sebagai raja, menteri sebagai menteri, ayah sebagai ayah dan anak sebagai anak, meskipun berkecukupan makanan dapatkah kita menikmatinya?” (Sabda Suci XII: 11).
Tiap-tiap manusia yang hidup di dalam masyarakat tentu mempunyai tugas dan fungsi masing-masing, bila tiap orang menepati tugas dan fungsinya, akan tertiblah masyarakat itu; tetapi, bila sebaliknya, niscaya masyarakat itu akan berubah menjadi kacau balau.
“Janganlah merasa lelah menjalankan tugas dan berbuatlah dengan penuh Satya.” (Sabda Suci XII: 14).
“Makna memerintah ialah meluruskan. Bila pemimpin menjadi pelopor berbuat lurus, siapakah berani berbuat tidak lurus?” (Sabda Suci XII: 17).
=================
Episode 37. Negeri Cee Tertimpa Bala Kelaparan
Akibat panen yang gagal dan bencana kekeringan, Negeri Cee tertimpa bala kelaparan. Raja muda King bertanya kepada Nabi betapa mengatasinya.
Nabi menasehatkan agar diadakan penghematan yang sangat; terutama di daerah yang miskin dan menanggung bala kelaparan, raja harus memperlakukan rakyat dengan sikap rendah hati seakan-akan segala penderitaan itu akibat kesalahan dirinya. Gudang-gudang pangan negara supaya dibuka untuk menolong rakyat yang menderita itu.
Cee King Kong setuju dan melaksanakan nasehat-nasehat Nabi. Dengan sepenuh hati ia berusaha menolong rakyat. Dengan demikian, meski bala kelaparan yang menimpa kali itu sesungguhnya sangat berat, tetapi akhirnya dapat diringankan dan diatasi.
Hari lain, Raja muda King bertanya pula tentang pemerintahan dan Nabi menjawab, “Di dalam pemerintahan harus benar-benar hemat di dalam menggunakan harta kekayaannya.”
=================
Episode 38. Isi Istana Negara Cee Ribut
Raja muda Cee King Kong sangat terkesan terhadap Nabi Khongcu, ia bermaksud memberikan daerah Ni Khok sebagai hadiah dan mengangkat beliau sebagai salah seorang menterinya sehingga dapat melaksanakan gagasan-gagasannya.
Hal ini mengakibatkan keributan isi istana Negeri Cee; menteri-menteri Negeri Cee menjadi cemas dan khawatir Nabi Khongcu akan menjadi penghalang bagi kedudukan dan kekuasaannya. Mereka memprotes, membujuk Cee King Kong membatalkan niatnya; melakukan fitnah dan memburuk-burukkan pribadi dan ajaran Nabi.
Cee King Kong menjadi ragu, ia berkata, “Aku tidak dapat memberi kedudukan kepadanya setingkat dengan kepala Keluarga Kwi; maka Ia akan kuberi kedudukan setingkat antara kedudukan Kepala Keluarga Kwi dan Bing.” Kemudian menjadi lebih ragu-ragu lagi, ” Aku sudah terlalu tua, aku tidak dapat menggunakan tenaganya lagi.”
Melihat suasana demikian ini, Nabi tidak mau berlama-lama di Negeri Cee, beliau mohon diri dan bersama murid-murid berjalan pulang ke Negeri Lo.
=================
Episode 39. Meninggalkan Negeri Cee
Koo Ciau-cu merasa sangat berat berpisah dengan Nabi Khongcu, maka ia mengantar sampai keluar batas ibukota Negeri Cee. Tak ada pesta yang tanpa akhir, demikian pula pertemuan dua sahabat itu akhirnya harus disudahi dengan perpisahan.
Nabi menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas segala perhatian dan bantuan Koo Ciau-cu selama beliau dan rombongan berdiam di Negeri Cee.
“Kata-kata jujur dan beralasan, siapakah tidak ingin mengikutinya; tetapi kalau dapat memperbaiki diri itulah yang paling berharga. Nasehat-nasehat yang lemah lembut, siapakah yang tidak merasa suka, tetapi kalau dapat mengambil kesimpulan yang benar, itulah yang paling berharga. Kalau hanya suka tetapi tidak mau mengambil kesimpulan yang benar, ingin mengikuti tetapi tidak mau memperbaiki diri; Aku tidah tahu apa yang haru s kulakukan terhadap orang semacam itu.” (Sabda Suci IX: 24)
Demikian kiranya kenang-kenangan Nabi atas orang-orang Negeri Cee.
=================
Episode 40. Di Negeri Lo Membina Para Murid
Pada tahun 515 SM Nabi telah tiba kembali di Negeri Lo. Hampir 15 tahun beliau menjauhkan diri dari kehidupan pemerintahan. Selama itu beliau melewatkan waktu mendidik para murid, mengumpulkan Kitab-Kitab Suci yang masih diwariskan sampai saat itu, mempelajarinya dan membukukannya di dalam kitab yang disusunnya seperti Si King (Kitab Sanjak), Su King (Kitab Dokumentasi Sejarah), Lee King (Kitab Kesusilaan) dan Gak King (Kitab Musik). Buah karya beliau itu lebih memasyhurkan namaNya, kian banyak orang-orang yang mohon diterima sebagai murid.
Mulai saat itu, Nabi telah merasakan panggilan sucinya, mengemban Firman THIAN mengajak dunia pulang kepada Jalan Suci yang diajarkan dan dibimbingkan Agama, Ji Kau, yang saat itu nampaknya tidak dihiraukan orang lagi.
“Aku hanya meneruskan, tidak mencipta. Aku menaruh percaya dan suka kepada Ajaran/Kitab yang kuno itu. Aku ingin membandingkan diriku dengan Loo Phing.” (Sabda Suci VII: 1).
===============
Episode 41. Kambing Ajaib
Ketika Nabi berusia 42 tahun, Raja muda Lo Ciau Kong mangkat di Kan Ho, Negeri Cee; di Negeri Lo diangkat raja muda baru untuk menggantikannya, ialah Lo Ting Kong, salah seorang saudara Lo Ciau Kong. Pada musim panasnya, kepala keluarga Kwi, yakni Kwi Pingcu juga meninggal dunia dan diganti oleh puteranya, Kwi Hwan-cu; ia melanjutkan jabatan ayahnya sebagai perdana menteri.
Diceriterakan, tatkala Kwi Hwancu menyuruh orang-orangnya membuat sebuah sumur, telah ditemukan sebuah periuk yang didalamnya didapati seekor hewan yang menyerupai seekor kambing; meski ia tahu akan hal itu, Kwi Hwancu berkata kepada Nabi bahwa ia menemukan seekor anjing.
“Dari semua yang kudengar,” kata Nabi, “itu mestinya seekor kambing. Menurut keterangan, ‘kwi’ dan ‘bong-liang’ ialah makhluk yang ada di dalam kayu dan batu-batuan; yang berdiam di tempat yang sangat dalam ialah naga dan ‘bong-siang’, dan yang ada di dalam tanah ialah ‘hun yang’ (kambing kubur).”
Kwi Hwancu menjadi sangat tercengang bagaimana Nabi mempunyai pengetahuan semacam itu sehingga tidak dapat dikelabui.
=================
Episode 42. Kerangka Raksasa Hong Hong
Ketika Raja Negeri Go menyerbu Negeri Wat dan menduduki Kota Kwi-khee, ditemukan sebuah kerangka raksasa yang besarnya memenuhi kereta. Raja Negeri Go mengirim utusan menanyakan perihal itu kepada Nabi di Negeri Lo.
Nabi menjawab, “Ketika I Agung melakukan sembahyang besar kepada Tuhan dan para malaikat; raksasa Hong Hong membelot, baharu kemudian ia mau datang tetapi sudah terlambat, karena itu ia dijatuhi hukuman mati untuk peringatan kepada yang lain. Kerangkanya memenuhi sebuah kereta, demikianlah ukuran besarnya.”
“Siapakah raksasa Hong Hong itu?”
“Dialah pangeran kaum Ong Bong, bermarga Hi yang menjaga daerah Hong dan Gi. Pada jaman Gi Sun, Dinasti He dan Dinasti Siang kaum itu dinamai Ong Bong; dan pada Dinasti Ciu disebut Tik; kini orang-orang menyebutnya kaum raksasa.”
“Berapa ukuran tingginya?”
“Kaum Ciau Yau yang katai, bertinggi badan 3 kaki (lebih kurang 60 cm) itulah ukuran terpendek. Maka orang yang tertinggi tidak akan lebih dari 10 kalinya.”
Utusan itu berkata, “Siancai. Sungguh baik, Nabi.”
=================
Episode 43. Pemberontakan Yang Ho
Perubahan dalam pertuanan di Negeri Lo itu ternyata lebih banyak mengundang kemelut; bahkan menimbulkan perpecahan di dalam keluarga besar bangsawan Kwi. Di dalam keluarga itu ada seorang bekas budak tukang rumput yang kemudian berhasil meningkatkan dirinya, bahkan sangat berkuasa di dalam keluarga Kwi; ia bernama Yang Ho.
Kwi Hwancu mempunyai seorang menteri kesayangan bernama Tiong-liang Hwai yang dimusuhi Yang Ho, bahkan akan diusir pergi kalau tidak ditengahi oleh Kongsan Put-niu. Pada musim gugur setelah peristiwa itu, Tiong-liang Hwai telah berlaku lebih kurang ajar sehingga ditangkap dan ditahan oleh Yang Ho.
Kwi Hwancu marah kepada Yang Ho, tetapi ia bahkan ditangkap dan dipenjarakan dan baharu dibebaskan setelah berjanji mau mengakui kekuasaan Yang Ho. Demikianlah Yang Ho merendahkan martabat keluarga Kwi, dan keluarga Kwi juga telah merendahkan martabat raja muda Negeri Lo. Semuanya ingkar dari Jalan Suci; karena itu Nabi Khongcu tidak mau memunculkan diri, beliau menyibukkan diri dengan mendidik murid-muridnya dan menyusun Kitab-Kitab.
Next part Click HERE
Please write a comment after you read this article. Thx..!!
0 comments:
Post a Comment