Font Re-Size
Episode 54. Raja Muda Lo Ting Kong Tergerak Hati
Nabi Khongcu dibantu murid-muridnya berhasil membina dan memajukan daerah Tiongto sebagai daerah teladan; pendidikan, pembangunan, kesejahteraan dengan pesat meningkat. Kesadaran moral dan mental menempuh Jalan Suci, menjunjung Kebajikan sangat nyata di dalam penghidupan rakyatnya.
Hal ini terdengar pula oleh Raja muda Lo Ting Kong dan tergeraklah hatinya untuk meninjau wilayah itu dari dekat. Maka suatu hari baginda menyempatkan diri berkunjung ke sana untuk membuktikannya.
Baginda sangat kagum tentang hasil pembangunan itu, maka setelah bertemu Nabi, baginda bertanya apakah hal yang dapat dicapai di Tiongto itu dapat diluaskan ke seluruh Negeri Lo. Dengan penuh keyakinan, Nabi bersabda, “Bukan saja dapat berlaku bagi seluruh Negeri Lo, bahkan seluruh dunia pun dapat dibimbing dan dibawa menuju ke kehidupan yang adil, sejahtera dan bahagia itu.”
Baginda lama melakukan wawancara dengan Nabi dan sangat terkesan di dalam sanubarinya atas semuanya itu. Maka ia pulang ke ibukota dengan pemikiran-pemikiran untuk membangun masa depan negerinya.
=================
Episode 55. Musyawarah di Kiap Kok
Genap Nabi Khongcu setahun menjabat sebagai Gubernur Tiongto; terjadi persoalan antara Negeri Lo dengan Cee yang perlu segera diselesaikan. Maka ditetapkan akan diselenggarakan musyawarah antara kedua raja muda negeri itu di lembah perbatasan yang bernama Kiap Kok.
Dalam musyawarah itu akan dibicarakan masalah hubungan kedua negara yang mengalami keretakan akibat Negeri Cee telah merampas beberapa daerah Negeri Lo.
Di Negeri Lo timbul persoalan tentang siapa yang akan diangkat sebagai menteri pendamping Raja muda Lo Ting Kong dalam musyawarah itu. Ternyata Lo Ting Kong memutuskan mengangkat Nabi Khongcu sebagai menteri pendampingnya.
Nabi menyarankan raja muda itu, “Ada tradisi para raja muda jaman dahulu, tiap ada urusan sipil, maka ada persiapan militer; tiap ada urusan militer, harus ada persiapan sipil. Maka bila mereka keluar ke daerah perbatasan, niscaya dikawal menteri kiri (sipil) maupun menteri kanan (militer).”
Lo Ting Kong menyetujui saran itu, maka menyiapkan bala tentara pengawal yang mengiringkan dari jarak jauh.
=================
Episode 56. Melawan Tuntutan Dengan Paksa
Tempat musyawarah itu berupa panggung dari tanah yang mempunyai beberapa anak tangga. Para menteri berdiri di bawah panggung.
Lagi mereka bermusyawarah, sekonyong-konyong muncul rombongan penari-penari Suku Lai yang memang telah disiapkan orang Negeri Cee untuk mengacau musyawarah dengan tari-tarian perang. Dalam suasana gaduh itu Raja muda Negeri Lo hendak dipaksa memberi beberapa konsesi kepada Negeri Cee.
Melihat kecurangan itu, Nabi tanpa mengindahkan ketentuan upacara lagi, langsung naik ke panggung musyawarah itu. Kepada Raja muda Cee King Kong diperingatkan apa tidak mengingkari risalah permusyawarahan ini.
Karena malu atas perbuatan orang-orangnya, Raja muda Cee menegaskan bahwa maksud permusyawarahan ini sekedar mengharap Raja muda Lo bersedia bersetia kawan dan membantu Negeri Cee bila menghadapi kesulitan.
Nabi menuntut dan disetujui, agar dalam perjanjian persahabatan itu ditetapkan empat kota dan daerah Bun yang diduduki Negeri Cee dikembalikan kepada Negeri Lo.
=================
Episode 57. Menjadi Menteri Kehakiman
Karena keberhasilan Nabi dalam musyawarah itu, beliau diangkat menjadi menteri Pekerjaan Umum, dan setahun kemudian ditingkatkan pula menjadi Menteri Kehakiman. Menurut tradisi Negeri Lo, Menteri Kehakiman itu merangkap Perdana Menteri, maka Nabi menjabat kedudukan tertinggi di bawah Raja muda Lo.
Ketika menerima jabatan itu, dari wajahNya nampak kegembiraan. Melihat itu, Cu Lo, murid yang sederhana, jujur dan berani itu bertanya, “Murid mendengar, bahwa seorang Susilawan (Kuncu) tidak takut menghadapi bahaya dan tidak gembira dalam saat beruntung. Mengapa Guru nampak gembira menerima kedudukan baru itu?”
Dengan tersenyum Nabi bersabda, “Engkau benar, tetapi apakah kegembiraan menerima kedudukan tinggi ini pun tidak mempunyai arti? Bukankah dalam kedudukan ini orang dapat banyak mengabdi kepada sesamanya?”
“Berdiri teguh di tengah dunia dan memberi damai kepada rakyat di empat penjuru lautan, itu membahagiakan seorang Susilawan.” (Bingcu VIIA: 21).
“Kalau seseorang benar-benar mencintai, dapatkah tidak berjerih payah? Kalau benar-benar Satya, dapatkah tidak memberi bimbingan?” (Sabda Suci XIV: 7).
=================
Episode 58. Mengadili Peristiwa Anak Tidak Berbakti
Suatu hari, datang ke hadapan Nabi seorang ayah mengadukan anak laki-lakinya yang dituduh tidak berbakti.
Mendengar pengaduan itu, Nabi tanpa memeriksa perkaranya lebih dahulu segera menyuruh tangkap dan menahan ayah bersama anak itu. Tiga bulan kemudian, ayah itu insaf bahwa dalam peristiwa ini ia pun bersalah, maka ditariklah pengaduannya.
Melihat keinsafan ayah itu , dengan tersenyum Nabi melepaskan mereka kembali dalam keadaan rukun.
Mendengar peristiwa itu, Kepala Keluarga Kwi menjadi tidak senang, dan berkata, “Menteri Kehakiman telah mengecewakan daku. Katanya, negeri harus diatur berdasar Laku Bakti (Hau), tetapi kini ada anak tidak berbakti ternyata tidak dihukum, bahkan dimerdekaan. Dengan cara ini bagaimana mendidik rakyat berlaku Bakti?”
Jiam Yu, murid Nabi yang bekerja di keluarga bangsawan itu menyampaikan kata-kata itu kepada Nabi. Nabi lalu bersabda, “Pemerintah setelah meninggalkan Jalan Suci lalu membunuh orang bawahannya, itu tidak betul. Kepada seseorang yang belum diajarkan laku hormat, lalu diadukan perbuatannya yang tidak menghormat, itu membunuh orang tidak bersalah. Kalau atasan telah lalai memberi pendidikan, kesalahan bawahan tidak dapat dibebankan di atas bahunya.”
=================
Episode 59. Mengokohkan Kekuasaan Raja Muda Lo
Pada musim panas tahun itu, untuk mengokohkan kekuasaan raja muda sehingga tidak mudah dipermainkan oleh bangsawan-bangsawan yang sangat berkuasa, Nabi bersabda kepada Lo Ting Kong, “Rakyat tidak boleh menyembunyikan senjata, bangsawan tidak boleh memiliki kota dengan tembok yang panjangnya seribu kaki. Demikian diundangkan. Maka harap ditertibkan.”
Lo Ting Kong menyetujui, maka Tiong Yu atau Cu Lo yang menjadi menteri dalam keluarga Kwi diangkat menjadi pemimpin penertiban itu. Tetapi sebelum Cu Lo bertindak, ternyata Kepala Keluarga Siok telah lebih dahulu merobohkan tembok Kota Ho. Ketika Kepala Keluarga Kwi akan merobohkan tembok Kota Pi, Kongsan Putniu dan Siok-sun Tiap menyerbu ibukota Negeri Lo, sehingga Lo Ting Kong bersama tiga orang menterinya lari kepada keluarga Kwi dan menyelamatkan diri ke menara Kwi Bucu. Orang-orang Negeri Pi terus menyerbu ke atas menara, maka Nabi memerintahkan Sien Kisi dan Gak Ki turun menghadapinya. Kaum pemberontak itu dapat dipukul mundur, lari ke utara dan akhirnya dapat dihancurkan oleh bala tentara Negeri Lo di Ko Biat. Kedua orang pemberontak itu lari ke Negeri Cee, dan Kota Pi dapat ditertibkan.
Dengan kebijaksanaan dan tindakan Nabi yang tepat, maka ketertiban, keamanan, kesejahteraan dan pembangunan di Negeri Lo dalam waktu yang relatif singkat terselenggara.
=================
Episode 60. Dunia Dalam Jalan Suci Yang Agung
Suatu hari, usai menghadiri upacara pembukaan perayaan akhir tahun, Nabi berjalan keluar dan kemudian sambil memandang ke alam lepas menarik nafas memprihatinkan keadaan Negeri Lo. Gan Hian (Cu Yu) yang menyertai Nabi bertanya mengapa beliau nampak begitu prihatin.
Nabi bersabda, “O, Aku sedang mengenangkan tatkala dunia dalam Jalan Suci Yang Agung itu dan kejayaan ketiga dinasti yang telah lalu; sungguh aku menyesal tidak hidup dalam jaman yang demikian itu.
Tatkala dunia di dalam Jalan Suci Yang Agung, orang-orang yang memerintah dipilih menurut kebijaksanaan dan kecakapannya sehingga sifat saling percaya dan dapat dipercaya serta suasana damai sentosa ada di mana-mana. Orang tidak hanya menganggap orang tua sendiri saja sebagai orang tuanya dan tidak hanya menganggap anak sendiri saja sebagai anaknya. Orang-orang yang lanjut usia dapat menikmati hari tuanya dan mendapatkan perawatan baik-baik; yang dewasa dapat mengembangkan kemampuannya dan anak-anak mendapatkan asuhan dan bimbingan. Para janda balu, yatim-piatu, penderita cacat dan sakit mendapat perawatan baik-baik; para pria mendapatkan pekerjaan, para wanita mempunyai rumah tangganya. Orang tidak suka membiarkan barang-barang terlantar, tetapi juga bukan untuk diri sendiri saja. Tidak suka tidak sungguh-sungguh bekerja, tetapi juga bukan untuk kepentingan sendiri saja. Maka, tidak ada kecurangan atau tipu muslihat, tiada pencuri atau perampok sehingga tidak perlu pintu luar ditutup. Demikianlah yang dinamai Dunia Dalam Jalan Suci Yang Agung.”
=================
Episode 61. Tipu Muslihat Negeri Cee
Melihat kemajuan dan kesejahteraan Negeri Lo, isi istana Negeri Cee resah dan khawatir kalau-kalau Raja muda Negeri Lo akan benar-benar berhasil menjadi Raja muda Pemimpin. Ada menteri yang berkata, “Dengan Nabi Khongcu sebagai perdana menteri, Negeri Lo akan menjadi kuat; kita adalah negeri tetangga yang terdekat, maka akan pertama kali ditelan. Baiklah kita memelihara persahabatan dan jangan lambat menyerahkan kembali tanah-tanahnya.”
Tetapi, Menteri Lee Co berkata, “Baiklah kita lakukan tipu muslihat lebih dahulu, kalau gagal, baharulah tanah-tanah itu kita kembalikan.”
Mereka mencari muslihat untuk meretakkan hubungan Nabi dengan Raja muda Lo. Dipilih 80 wanita cantik, dilatih menari, menyanyi, bermain musik, diberi pakaian serba mewah, disuruh berhias diri, diantarkan dengan 30 kereta yang masing-masing ditarik empat ekor kuda sebagai hadiah persahabatan Negeri Cee kepada Raja muda Lo (495 S.M.).
Rombongan wanita dan kereta berkuda itu berhenti dan menyanggrah di luar Gerbang Selatan; dan kepala utusan itu menghadap ke istana menyampaikan surat.
Hal ini menimbulkan pertentangan di antara menteri-menteri dan bangsawan-bangsawan. Nabi secara tegas telah mengingatkan Raja muda Lo dan mengimbaukan untuk menolak pemberian itu.
=================
Episode 62. Nabi Meninggalkan Negeri Lo
Kepala Keluarga Kwi, Kwi Hwancu diam-diam dengan menyamar berkali-kali melihat hadiah itu dan tergerak untuk menerimakannya. Kemudian membujuk Raja muda Lo ikut menjenguk dan akhirnya berhari-hari bersenang-senang di sana.
Mengetahui hal ini, Cu Lo berkata, “Sudah waktunya kita pergi, Guru.”
Tetapi Nabi bersabda, “Saat ini Negeri Lo sedang menyiapkan sembahyang besar Kau (sembahyang besar kepada Tuhan Yang Maha Esa pada hari Tang Cik, 22 Desember); bila upacara dilaksanakan dengan benar, dan para pemangku dibagi barang bekas sajian, itu pertanda Aku masih boleh tinggal.”
Hadiah Negeri Cee itu ternyata secara resmi diterima; tiga hari tidak ada sidang, upacara sembahyang tidak dilakukan sempurna oleh Raja muda Lo, dan para pemangku tidak dibagi barang bekas sajian. Maka saat itu pula Nabi diiringi para murid meninggalkan Negeri Lo. Malam harinya mereka bermalam di Kota Tun, Guru Musik Tun menjumpai Nabi dan mohon penjelasan. Setelah menerima penjelasan, guru musik itu berkata, “Sungguh Guru tidak salah.”
Ketika Guru Musik Tun kembali menghadap kepala Keluarga Kwi dan menceritakan semuanya. Kwi Hwancu berkata, “Oh, aku telah melanggar bimbingan Guru karena wanita-wanita itu.” (S.S. XVIII: 4).
=================
Episode 63. Tuhan Telah Menjadikannya Genta Rokhani
Meninggalkan Negeri Lo, Nabi disertai murid-murid menujukan langkah ke Barat, ke Negeri Wee. Pada wajah para murid, banyak diantaranya nampak murung, tetapi dengan Satya mengikuti Gurunya.
Ketika sampai di daerah tapal batas, di suatu tempat yang bernama Gi, penjaga tapal batas keluar menyambut rombongan itu dan mohon dapat berwawancara dengan Nabi dengan berkata, “Setiap ada seorang Susilawan lewat di sini, aku tidak pernah tidak menemuinya.”
Oleh para murid ia disilakan menemuiNya. Setelah selesai berwawancara dengan Nabi ia berkata kepada para murid, “Saudara-saudaraku, mengapa kalian nampak bermuram durja karena kehilangan kedudukan? Sudah lama dunia ingkar dari Jalan Suci, kini Tuhan Yang Maha Esa menjadikan Guru selaku Bok Tok (Genta Rokhani)Nya .” (Sabda Suci III: 24).
Cu Khong, murid Nabi pun bersaksi, “Memang Tuhan Yang Maha Esa telah mengutusNya sebagai Nabi.”
Demikianlah Nabi telah memenuhi panggilan Firman Tuhan, menegakkan kembali, meneruskan dan enyempurnakan Ajaran Agama (Ji Kau), mengajak umat menempuh Jalan Suci, menggemilangkan Kebajikan di dalam penghidupan; untuk itu biar dengan rasa berat beliau telah meninggalkan keluarga, kedudukan, negeri kelahirannya dan mengembara mencanangkan Jalan Suci dan Kebajikan; menjelaskan tentang Cinta Kasih dan Kebenaran.
Next Part Click HERE
Please write a comment after you read this article. Thx..!!
0 comments:
Post a Comment