Font Re-Size
Bingcu adalah penganut Nabi Khongcu yang paling besar dan termashur, beliau bergelar A Sing atau wakil Nabi Khongcu yang menlanjutkan pekerjaan Nabi, beliau adalah penegak agama Khonghucu dan pelurus dalam memberikan penafsiran terhadap ajaran agama khonghucu dalam menghadapai berbagai aliran yang muncul waktu itu, yang membahayakan kemurniaan ajaran agama. Sekalipun tidak mempunyai hubungan pribadi antara Bingcu dengan Nabi Khongcu. (Bingcu lahir tahun 372 SM atau 107 tahun setelah wafat Nabi Khongcu), tetapi dengan segala kekuatan dan kemampuannya serta iman dan rahmat THIAN, Bingcu telah menyebar, mengembangkan dan menegakkan ajaran agama Khonghucu. Bingcu adalah seorang penganut Nabi, maka telah memperhatikan soal-soal detail, yang lebih terperinci. Beliau lebih pandai bicara, lebih pandai berdebat maka sering oleh orang-orang barat Bingcu dianggap lebih "besar" daripada Nabi Khongcu. Akan tetapi keyakinan umat agama khonghucu lebih cocok pada kenyataan. Nabi Khongcu diumpamakan sebagai batu giok yaitu sebuah batu permata yang bewarna lembut kehijau-hijauan. Keindahannya baru kelihatan bila orang memandangnya dengan seksama dan agak lama. Bingcu sebaliknya, diumpamakan sebagai batu kristal gunung terang, bersih dan bening.
Jaman Bingcu dinamai jaman Cian Kok (perang antar kerajaan) yang kekacauan dan kemelutnya jauh lebih hebat dari pada jaman Chun Chiu (musim semi dan musim rontok) saat Nabi Khongcu mencanangkan ajaranNya. Bingcu berkeyakinan bahwa kondisi jamannya hanya dapat ditolong dengan kembali kepada jalan suci yang dibawakan Nabi, Bingcu juga menjadi guru raja-raja mengajar mereka cara memerintah Negara sehingga boleh membawakan damai dunia.
Pada waktu itu juga terdapat guru-guru pemikir lain yang mengembara dari satu istana ke istana lain. Mereka berbuat demikian, sebagian besar hanya untuk dapat di pelihara oleh raja-raja.
Bingcu sekalipun juga bergantung kepada kemurahan hati raja-raja untuk dapat melaksanakan misinya, beliau memandang rendah perbuatan pemikiran yang sebenarnya hanya petualang-petualang politik yang hanya bermotif mencari keuntungan diri sendiri itu.
Karena itu,sikap Bingcu terhadap raja-raja selalu nampak angkuh, suatu waku terlampau angkuh kesemuanya ini untuk menjaga jangan sampai raja-raja itu memandang rendah kepadanya dan menyamakannya dengan pemikir-pemikir palsu itu.
Sikap ini berbeda sekali dengan sikap Nabi Khongcu terhadap raja-raja, beliau selalu bersikap penuh hormat. Nabi Khongcu tidak mau menonjolkan diri, rendah hati dan penuh dengan kehalusan budi yang menjadikan beliau begitu menarik dan disukai orang. Bingcu sebaliknya selalu siap membela prinsip dan ajarannya, menyerang aliran-aliran yang sesat, selalu bersedia untuk berdebat dan mengadu argumentasi.
Perkataan-perkataan Bingcu selalu terang, suatu waktu kasar, sering menetang tetapi membangun, penuh dengan kepercayaan diri dan selalu menarik. Dari semuanya ini dpat ditarik kesimpulan bahwa Nabi Khongcu lebih halus perasaan kejiwaannya dari pada Bingcu. Ini juga nampak dari pada sikap mereka terhadap musik. Waktu Nabi Khongcu mendengar musik dari jaman purba yang sangat indah, Nabi begitu terharu sehingga tiga bulan lamanya lupa akan lezatnya rasa daging. Bingcu sebaliknya ia menganggap musik klasik maupun musik masa kini sama saja. Kedua-duanya hanya menunjukan sifat sosial dan perasaan manusia. Akan tetapi, di bidang moral, tentang hidup menempuh jalan suci yang diajarakan agama, Bingcu belum pernah memberi sedikit onsesi, di sini beliau sama dengan nabi, di sini Bingcu benar-benar murid sejati Nabi Khongcu.
Sebagai catatan akhir tentang Bingcu (372-289 SM) dapat disebutkan di sini bahwa di dalam pembentukan pribadi Bingcu, kebijaksanaan ibu Bingcu dalam mengasuh dan mendidik sangat berpengaruh dan berperan. Ibu Bingcu termasyur sebagai ibu yang patut menjadi suri teladan sepanjang masa. Kepada beliau wajib tidak kita lupakan akan segala kebijaksanaan dan pengabdiannya sehingga sang putera boleh menjadi pribadi yang menggenapkan penulisan kitab Su Si kita.
Dari sejarah suci yang sekilas kita ungkapkan ini dapat kita tarik garis kesimpulan, Bahwa sejarah suci Agama Khonghucu itu merupakan sejarah yang mengungkapkan bagaimana jalan suci dan kebajikan wajib ditegakan di dalam kehidupan dan di dunia, itulah Firman Tuhan Yang Maha Esa yang wajib ditegakkan tiap insan beriman.
Adapun sifat-sifat Rasul Bingcu :
1. Selalu memperhatikan soal-soal detail aliran-aliran sesat
2. Perkataannya selalu terang
3. Sering menentang tapi membangun,
4. Pandai Bicara
5. Nampak angkuh
6. Sering menyerang
7. Pandai berdebat
8. Selalu menarik
9. Penuh percaya diri
10. Selalu membela prinsip
1 comments:
nais post
=)
Post a Comment