Font Re-Size
Ada seorang penebang kayu muda pergi ke gunung untuk menebang kayu, tidak lama kemudian datang seorang penebang kayu tua, mereka bersama-sama menebang kayu.
Hingga sore hari penebang kayu muda menemukan hasil tebangan si penebang kayu tua itu lebih banyak daripada hasil tebangannya, walaupun si penebang kayu tua itu datang lebih lambat daripada dirinya. Karena itu dia diam-diam memutuskan besok dia akan datang lebih awal lagi untuk menebang kayu.
Keesokan harinya, pagi-pagi buta dia sudah berada dalam hutan dan mulai menebang kayu. Dia berpikir dalam hati, “Kali ini hasil tebangan kayu saya pasti lebih banyak daripada dia.” Tidak disangka ketika dia memikul hasil tebangannya ke tempat penyimpanan kayu, dia melihat ternyata hasil yang didapat oleh penebang tua itu masih lebih banyak dari pada miliknya.
Hari ketiga, si penebang kayu muda memutuskan, untuk tidak hanya datang lebih awal dari penebang kayu tua itu, namun juga masih harus pulang lebih malam daripadanya. Dalam hati dia berpikir kali ini hasil yang akan didapat pasti lebih banyak daripada kepunyaan si penebang tua. Namun anehnya pada hari itu hasil tebangan kayu si penebang tua masih tetap lebih banyak daripada kepunyaan dia. Hari keempat dan kelima masih tetap sama.
Hingga hari keenam si penebang muda akhirnya tak dapat menahan diri lagi untuk bertanya kepada si penebang tua, “Saya datang lebih awal daripada Anda, juga pulang lebih malam daripada Anda, lebih muda dan bertenaga daripada Anda, namun mengapa hasil tebangan kayu saya selalu lebih sedikit daripada punya Anda?”
”Anak muda,” kata si penebang tua sambil menepuk-tepuk pundak anak muda itu. “Setiap hari setelah turun dari gunung dan pulang ke rumah, hal pertama yang saya kerjakan adalah mengasah kampak, tetapi sebaliknya Anda selesai bekerja, Anda hanya mementingkan beristirahat karena terlalu lelah, kampak yang Anda pakai untuk menebang kayu sudah menjadi tumpul. Maka dari itu walaupun saya lebih tua, lebih lambat datang dan lebih awal pulang, tetapi karena kampak yang saya gunakan lebih tajam daripada punya Anda, saya hanya membutuhkan lima kali tebasan, pohon itu sudah tumbang, sedangkan Anda membutuhkan berpuluh kali tebasan, pohon itu baru bisa tumbang.”
Akhirnya anak muda itu tiba-tiba tersadarkan.
Pepatah kuno mengatakan, “Mau mengerjakan suatu pekerjaan dengan baik, harus lebih dulu mempersiapkan dengan baik segala sarana yang dibutuhkan.” Pelajar yang ingin mendapat-kan nilai yang baik, harus lebih dulu memadatkan ilmu pengetahuan dirinya sendiri. Jika ingin produknya disukai orang di pasaran, maka harus lebih dulu mengatur dengan baik quality control dalam pabrik. Seseorang ingin dihormati oleh orang lain, maka dia harus lebih dulu mengasuh dirinya dengan baik.
Penebang muda itu hanya mementingkan hasilnya, namun telah melalaikan cara untuk melancarkan pekerjaannya, yakni harus menajamkan kampaknya lebih dulu. Jika alatnya sudah memadai maka dengan tenaga yang kecil pasti bisa mendapatkan hasil yang besar.
Penebang kayu tua itu bisa memadatkan makna dalam dirinya sendiri, itu barulah merupakan kunci akhir dari kemenangannya!
sumber : disini
Please write a comment after you read this article. Thx..!!
Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini.
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.
2 comments:
setuju kawan
persiapkan segalanya biar menjaadi yang terbaik
Saya sangat suka artikel ini, Benar-benar Tionghoa banget..... Ijin copas untuk blog saya
Post a Comment