Font Re-Size
PENDIRIAN SAYA SEBAGAI PENGHAYAT RU KONFUSIAN
OLEH : RIP TOCKARY-ZHUO
Saya meyakini Rujiao sebagai living faith, yang mempengaruhi cara memandang pelbagai persoalan dalam kehidupan pribadi saya. Ini bukan berarti saya menutup diri dari pengaruh jiao mana saja. Saya tidak merasa diri saya berbeda dari katakanlah ummat lain, mereka adalah sesama saya dalam mencari Kebenaran. Saya senang membaca Bible-Yudaisme, Dhamapada, ajaran hindhu atau ajaran mana saja. Ajaran-ajaran itu memperkaya kehidupan spiritual saya. Sudah tentu ada segmen faham yang saya setujui ada juga tidak, tetapi tidak apa, setidaknya saya disadarkan adanya cara pandang yang lain. Itu sah saja, inilah hakikat suatu keragaman.
Terus terang Ru Jiao sangat natural buat saya, boleh jadi lingkungan keluarga mempengaruhi saya, Budaya Konfusian seakan ekosistem yang sangat alamiah buat saya, merasa at home dalam rumah Konfusian. Saya bersyukur dilahirkan sebagai Huaren karena dengan itu saya mengenal budaya leluhur,Ru dan Dao,dua sisi dari koin yang sama. Saya bersyukur kepada Kongzi dan Laozi dua guru utama saya yang mewariskan ajaran yang menerangi hidup saya. Saya juga bersyukur pada orangtua saya yang meneruskan ajaran beliau pada diri saya, inilah warisan yang terbesar dari mereka. Toh saya biasa saja, tidak menganggap RuDao satu-satunya Jalan menuju surga.
Hakikat Agama
Menurut pandangan saya, agama itu tidak mempunyai label atau merek. Saya tidak memerlukan atribut apapun juga. Fungsi dari agama adalah menjadi sarana transformasi, perubahan yang terarah dari manusia biologi ke manusia yang ilahiyah. Setiap manusia lahir dengan suatu Tian Ming. Dia lahir dengan suatu kualitas awali yang fitri dan dengan Jiao diharapkan selama hidup duniawinya dia dapat membina kualitas awali (Xing) dan dengan menggunakan sarana duniawi mentranformasi dirinya menjadi manusia yang Ren. Itulah Tian Ming (titah Tuhan) yang wajib kita tunaikan.
Jadi siapa saja yang mengembangkan Xingnya adalah sesama saya. Nah Jiao itu ada macam-macam, ada Yesucitu Jiao (Kristen), Tianzi Jiao (Katholik), Fo Jiao (Buddha), Dao Jiao (Taoisme), silahkan pilih yang mana saja. Mengapa ? Karena saya yakin sumber Kebenaran itu satu adanya. Saya hanya mengenal adanya satu agama yaitu Kemanusiaan, Jiao saya adalah melayani sesama, berbuat Kebaikan adalah syariah saya dan saya hanya mengenal adanya satu ummat yakni ummat Manusia. Itu sebabnya saya yakin betul barang siapa yang sudah tiba pada jantung agamanya iapun tiba pada jantung agama yang lain. Jadi saya tidak menganggap perlu suatu solidaritas kelompok ( in group feeling ) sama sekali.
Kasih sayang kemanusiaan harus dapat menyeberangi sekat-sekat duniawi entah itu etnis, agama, faham politik dsb. Berbuat kebaikan tidak harus pada sesama kelompok internal, bukankah kita menerima kebaikan dari mana-mana ? Kebaikan mengalir entah dari Eropah, Afrika, Australia, Asia dsb. karena pada hakikatnya dunia itu satu adanya. Saya menerima hikmah dan kebaikan dari Muslim, Budhis, Kristen, Yahudi dsb,dari etnis mana saja karena itu amal kebajikan hendaknya begitu. Budaya dunia ini dibangun dari kontribusi pelbagai bangsa. Saya sendiri produk multikultural, kelahiran saya dibimbing bidan muslimah yang sangat shaleh, dokter saya konon orang Belanda yang Kristiani. Guru pertama saya seorang Jawa penganut Katolik yang luar biasa.
Belakangan saya dididik guru saya ada yang Protestant, ada yang Hindhu ada pula yang Muslim. Setelah besar guru dan dosen saya ada orang Arab, Negro,Eropah, Russia, Mesir,Yahudi, Jepang, Korea, China dan Vietnam dst. Mau apa lagi saya adalah produk mereka. Yang menanam padi yang saya makan adalah petani Sunda atau Jawa, yang menanak pun mereka juga yang mencukur saya pun mereka. Tidak mungkin saya membenci mereka. Jadi agama buat saya sama sekali bukan sekatan. Agama harusnya menjadi pemersatu kemanusiaan bukan pemecah belah, semua manusia itu bersaudara adanya. Rasa solidaritas saya untuk semua bukan hanya untuk satu kelompok saja.
Pandangan Kongzi dalam hal Tuhan.
Uraian teologi Ru Jiao terbilang singkat dan pendek, tetapi itu sudah sangat memuaskan dahaga spiritual saya. Kongzi meyakini dirinya mendapat titah Allah untuk menerangi manusia. Karena itu beliau saya yakini Tuhan yang mengutusnya adalah Tuhan yang memberinya kekuatan dan lindungan. Ketika rakyat Kuang mau membunuhnya sedikitnya beliau tidak gentar. Beliau menyadari misinya menyebarkan ajaran Tuhan yang luhur, karenanya Tuhan akan senantiasa melindunginya dari bahaya duniawi.
Ketika beliau diberi tahu saat duniawilnya menjelang akhir, beliau menyadari harus kembali kehadirat yang mengutusnya. Ini berarti ada dunia tahap berikutnya, dunia yang berkekalan, jadi sayapun tidak gentar dalam menjalani hidup ini. Saya merasa sayapun mempunyai Tian Ming yang harus saya tunaikan.
Pandangan singkat Ini sudah memuaskan dahaga spiritual saya. Memang untuk apa kita berpanjang-panjang dalam kisah Allah. Banyak hal sudah tersirat di alam, Tuhan berbicara melalui alam dan kejadian kita harus dapat menarik hikmahnya. Perintah Tuhan bukan untuk diperdebatkan tetapi untuk kita jalani sebaik-baiknya. Langit dan dunia berputar tetapi tidak berbicara.
Saya senang beliau sangat toleran pada pandangan Jiao lain, ketika ada pertapa yang melecehkannya beliau diam saja dan hanya berguman. Tidak marah sedikitpun dirinya direndahkan. tidak pula memaksakan kehendaknya. Hal ini memberi kesan yang mendalam dalam diri saya.
Santa dan Santo
Orang kudus terbesar dalam hidup saya adalah kedua orang tua saya, mereka adalah santo dan santa saya perantara dan pendukung saya dalam berhubungan dengan Allah. Suatu saat kami akan dipersatukan kembali di dunia sana, tepat tidak ada airmata dan kesedihan. Saya berpendirian jejaring (network) menghantarkan diri kita pada orang tua yang sebenarnya yakni Allah sendiri. Jejaring manusia mempersatukan segalanya hingga ke titik bapa kita. Bila kita berdoa melalui orang tua, dan orang tua kita berbakti kepada orangtuanya. Setiap manusia akan berjumpa dengan manusia lain dalam persatuan ummat manusia, karena itu jejaring manusia itu kudus adanya. Orang tua adalah pintu menuju Allah, that is my way.
Semua manusia adalah kekasih Allah, saya tidak percaya setitikpun adanya bangsa pilihan Tuhan karena itu bertabrakan dengan akal sehat. Tidak ada bangsa manapun yang diistimewakan Tuhan, tidak ada ummat yang konon paling dimuliakan Tuhan. Semua manusia itu hakikatnya beriman, tinggal adakah iman itu berkembang atau tidak? Solidaritas saya untuk kemanusiaan.
Rujiao warisan dunia.
Rujiao bukan hanya untuk bangsa China, Rujiao adalah warisan semua bangsa tidak terkecuali. Banyak bangsa lain yang lebih faham mengenai jiao ini dari pada seorang Hua. Semua kaum entah itu Eropah, Asia, Afrika dapat menyerap hikmah yang diajarkan Kongzi. Juga semua penganut agama apapun,buat saya Rujiao adalah Rudao. Jiao dalam arti duniawi dan ritual adalah produk budaya belaka, tidak usah disakralkan. Esensi agama adalah bagaimana kita berlaku pada sesama, karena itu yang terpokok adalah etika bukan tata ibadah.
Keadilan sosial dan meritokrasi
Murid pernah menolak pemberian raja karena merasa sudah cukup, tetapi Kongzi justru menyarankan untuk tetap menerima. Bukan untuk meperkaya diri tetapi agar kelak dapat menolong orang lain. Ini tandanya Kongzi menanggap harta milik itu sah adanya, tetapi harta mempunyai nilai sosial. Murid lain Mengzi mengatur lebih rapi lagi. Luas tanah diatur agar semua rakyat tidak ada yang kelaparan. Rakyat mendapat tanah juga disarankan menanam pohon murbei agar dapat mempunyai pakaian dan jumlah terrnakpun diatur agar tidak ada yang kelaparan. Selain harta, ilmupun mempunyai nilai sosial yang wajib kita amalkan, bahkan semua talenta, waktu dan segala anugerah Allah adalah bekal untuk beramal.
Kongzi-lah yang membuka jalan agar setiap anak betapapun miskinnya dapat maju, karena akses pendidikan terbuka bagi siapa saja yang mau maju. Siapapun bisa menjadi Yao dan Shun katanya. Kemiskinan orang tua jangan jadi penghalang anak muda yang cerdas dan berbakat untuk tampil kemuka. Murid Kongzi ada yang menjadi pejabat dan kedudukan lainnya berasal dari kalangan mana saja.. Itu juga pendirian saya
Pandangan saya pada dunia.
Saya sadar dimana-mana ada penderitaan, ada yang sangat kaya tetapi adapula yang sangat papa. Itulah dunia, ada keadilan ada pula ketidak adilan. Saya duga hakikat kesulitan adalah proses pencarian, proses penemuan. Memang ada kesukaran akan tetapi tetapi bagaimana kita memandang fungsi kesulitan yakni agar kita terlatih dan kuat, tanpa penderitaan kita tidak akan sempurna. Justru kehidupan ini sempurna karena adanya ketidak sempurnaan. Oleh karena itu benar guru utama saya berkata, tidak ada jalan lain kita harus bergaul dengan sesama manusia, tidak boleh mengasingkan diri.
Saya tidak dapat menerima faham bahwa hidup ini hanyalah penderitaan, karena adanya momen-momen kebahagiaan. Juga tidak dapat menerima faham bahwa hidup ini maya, hanya panggung sandiwara, hidup ini harus dijalani dengan segala kesungguhan. Itu sebabnya setiap detik saya bersyukur kepada Tuhan. Itulah pendirian saya.
Bogor, 25 September 2007.
sumber : disini
Please write a comment after you read this article. Thx..!!
Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini.
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.
0 comments:
Post a Comment