Font Re-Size
Oleh : Ws.Mulyadi Liang
Hanya Kebajikan Tian berkenan!
(Wei De Dong Tian)
Setiap tahun kita selalu merayakan datangnya Tahun Baru, setiap umat beragama memiliki perayaan hari-hari keagamaannya masing-masing termasuk diantaranya adalah perayaan Tahun Baru. Bagi umat Khonghucu yang menggunakan sistim penanggalan Yinli / Imlek / Kong Zi Li / Nong Li dan juga sebutan lainnya, yang jelas sistim penanggalan yang lebih dikenal dengan Yinli / Imlek adalah sebuah sistim penanggalan yang sudah digunakan oleh orang-orang Tionghoa pada umumnya sejak ribuan tahun yang lalu. Setiap adanya pergantian Dinasti di negeri Tiongkok, maka sistim penanggalanpun berubah.
Namun sejak masa Dinasti Han dimana pada saat itu agama Khonghucu (Ru jiao) telah dijadikan sebagai agama Negara, atas usul tokoh Konfusian yang bernama Dong Zhong Shu kepada kaisar agar kembali menggunakan sistim penanggalan Dinasti Xia / He seperti yang dianjurkan oleh Nabi Kong Zi. Karena sistim penanggalan ini dianggap yang paling cocok dimana perhitungannya berdasarkan sistim peredaran bulan dan juga musim. Selain itu juga sebenarnya sistim penanggalan ini juga memperhitungkan sistim peredaran matahari, maka disebut juga dengan penanggalan Yin Yang Li. Sejak saat itulah maka sistim penanggalan ini digunakan dan tidak pernah berubah sampai saat ini. Meskipun terjadinya pergantian pemerintah dan dinasti di negeri Tiongkok sana . Sebagai tanda penghargaan kepada Nabi Kongzi, maka telah ditetapkan bahwa tahun pertama dari penanggalan Yinli / Imlek ini dihitung berdasarkan tahun pertama saat kelahiran Nabi Kong Zi (551 sM). Pada tahun ini kita merayakan Tahun Baru Yinli / Imlek bertepatan dengan tanggal 3 Februari 2011. Maka tahun penanggalan Yinli / Imlek pada tahun ini adalah 2562 (551+2011). Demikianlah perayaan tahun baru ini telah berlangsung secara turun-termurun dari generasi ke generasi sampai saat ini.
KEBUTUHAN DUNIAWI DAN ROHANI
Merayakan Tahun Baru Yinli / Imlek hendaknya jangan dianggap hanya sekedar menjalankan suatu tradisi belaka, melainkan harus dijadikan sebagai saat yang baik bagi kita untuk melakukan instrospeksi diri / mawas diri. Terutama catatan mengenai apa yang telah kita lakukan pada tahun yang lalu dan apa yang kita akan lakukan pada masa yang akan datang.
Seperti tersurat dalam Kitab Ajaran Besar (Da Xue / The Great Learning II:1),
”Bila pada suatu hari dapat membaharui diri, perbaharulah terus setiap hari dan jagalah agar tetap baharu selama-lamanya”, secara bebas dalam bahasa Inggris bisa dinyatakan ”Today must be better than yesterday, tomorrow must be better than yesterday. And we have to keep better forever”.
Hal ini haruslah benar-benar kita hayati dan camkan dengan demikian diharapkan bahwa
kehidupan kitapun akan senantiasa mengalami perkembangan yang lebih baik lagi dan lebih baik lagi.
Kehidupan manusia tidak terlepas dari kebutuhan yang bersifat duniawi yang berkaitan dengan materi seperti sandang, pangan, dan papan. Setiap datangnya tahun yang baru, sudah pasti setiap orang memiliki suatu pengharapan yang lebih baik dalam kehidupannya pada tahun mendatang ini, misalnya bagi para pengusaha tentu mereka berharap agar segala usahanya bisa lebih baik dan lebih maju lagi; bagi para petani, mereka berharap agar mendapatkan hasil panen yang berlimpah ; bagi para pekerja atau karyawan mereka berharap agar karir dan pendapatannya bisa lebih meningkat lagi dan sebagainya. Semua pengharapan itu adalah wajar dan sangat manusiawi, tetapi janganlah lupa selain dari kebutuhan duniawi yang kita harapkan bisa lebih meningkat lagi, maka harus pula diimbangi dengan peningkatan kualitas diri kita yang bersifat rohani. Peningkatan yang bersifat rohani inilah yang agak sulit untuk diukur, hanya diri kita sendiri sajalah yang paling tahu dan bisa mengukurnya sejauh mana kita telah melakukan pembinaan diri (xiu shen) di dalam kehidupan.
Kita bisa mengambil teladan dari apa yang telah diajarkan oleh Nabi Agung Kong Zi didalam meningkatkan kualitas hidupnya yang bersifat rohani seperti yang tersurat di dalam Kitab Sabda Suci (Lun Yu / The Analects) : II : 4 :
Nabi Bersabda, ”Pada waktu berusia 15 tahun, sudah teguh semangat belajarKu
Usia 30 tahun, tegaklah pendirianKu
Usia 40 tahun, tiada lagi keraguan dalam pikiranKu
Usia 50 tahun,Aku telah mengerti akan Firman Tian (Tian Ming)
Usia 60 tahun, pendengaranKu telah menjadi alat yang patuh (untuk menerima Kebenaran)
Usia 70 tahun, Aku sudah dapat mengikuti hati dengan tidak melanggar Garis Kebenaran”
Dari ayat ini kita bisa meneladani bagaimana Nabi Kong Zi senantiasa meningkatkan kualitas hidup rohaninya, sampai menjelang usia tuanya. Beliau telah mencapai tingkat kehidupan rohani tertinggi pada akhir hayatnya.
BAGAIMANA MANUSIA MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUPNYA?
Seperti diuraikan di atas bahwa kebutuhan hidup manusia tidak terlepas dari kehidupan duniawi yang berkaitan dengan materi. Pada dasarnya manusia hidup harus memenuhi kebutuhan dasarnya terlebih dahulu, terutama yang berkaitan dengan jasmaninya. Kebutuhan akan makanan adalah merupakan kebutuhan primer atau yang utama dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Manusia akan mengalami masalah apabila kebutuhan dasarnya tidak dapat terpenuhi, oleh karena itu manusia harus berupaya untuk memperoleh penghasilan / pendapatan agar ia dapat memenuhi kebutuhan jasmaninya. Setelah kebutuhan dasarnya terpenuhi, tentu mereka ingin pula memiliki tempat tinggal yang lebih baik lagi yang dilengkapi dengan berbagai macam perabot rumah tangganya, juga mereka ingin membeli pakaian yang lebih bagus. Demikianlah kebutuhan yang bersifat materi ini tidak akan ada habisnya, berapapun penghasilan kita maka kebutuhan itupun akan meningkat sesuai dengan keinginan kita. Kita harus membedakan antara kebutuhan dengan keinginan.
Kebutuhan adalah sesuatu yang bila tidak terpenuhi akan mengganggu kebutuhan dasar manusia. Sedangkan keinginan adalah sesuatu yang apabila tidak terpenuhi tidak akan mengganggu kebutuhan dasar manusia. Misalnya kebutuhan akan barang-barang mewah, perhiasan dsb. Oleh sebab itu apabila kita tidak bisa mengendalikan keinginan tersebut, maka akibatnya kita akan mengalami kesulitan. Seperti apa yang dikatakan oleh Meng Zi,
”Untuk memelihara hati tiada yang lebih baik daripada mengurangi keinginan. Kalau orang dapat mengurangi keinginan, meskipun ada kalanya tidak dapat menahan niscaya tiada seberapa. Kalau orang banyak keinginan-keinginannya, meskipun ada kalanya ia dapat menahannya, niscaya tidak seberapa”
(Mengzi VIIB:35)
Di dalam Kitab Ajaran Besar (Da Xue).VI.4 tersurat, ”Harta benda dapat menghias rumah. Laku bajik dapat menghias diri. Hati yang lapang akan membuat tubuh sehat”.
Ayat ini hendak mengingatkan kita bahwa kehidupan ini tidak akan terlepas dari kebutuhan jasmani dan rohani. Tinggal bagaimana kita dapat menjaga keseimbangan dari kedua sisi yang berbeda tersebut, seperti halnya mencari keseimbangan dalam prinsip ’Yin’ dan ’Yang’.
Di dalam mendapatkan harta / kekayaanpun harus disertai jalan yang benar.
Nabi Kong Zi bersabda, ”Dengan makan Nasi kasar, minum air tawar dan tangan dilipat sebagai bantal, orang masih merasakan kebahagiaan di dalamnya. Maka Harta yang diperoleh bukan melalui Jalan Suci, bagiku bagaikan awan berlalu saja”.
(Lun yu : VII :16)
Artinya apabila cara kita dalam mendapatkan harta itu tidak berlandaskan pada kebenaran, maka harta itu akan musnah pula tanpa diketahui jalannya. Apakah hanya dengan memiliki harta yang berlimpah orang baru akan mendapatkan kebahagiaan? Tentu saja tidak. Salah seorang murid Nabi yang bernama Yan Hui / Yan Yuan adalah murid yang hidupnya sangat miskin dan tinggal di jalan yang sempit, di rumah yang sangat sederhana. Ternyata harta benda atau materi itu bukanlah satu-satunya sumber kebahagiaan dalam hidup ini. ”Meski makan dengan nasi kasar, minum air tawar, tidur beralaskan lengan yang dilipat sebagai bantal. Namun kebahagiaan itu ada di dalam diriKu”. Kita bisa melihat kehidupan para petani di kampung misalnya, apakah mereka adalah orang-orang yang tidak bahagia hidupnya? Memang secara materi mungkin tidak bisa dibandingkan dengan orang yang hidup dikota besar, yang memiliki rumah mewah, mobil dsb. Tetapi hal itu bila hanya dilihat dari sudut pandang materi saja, mengenai kehidupan rohaninya belum tentu. Para petani tersebut barangkali hidupnya lebih bahagia daripada orang yang memiliki harta kekayaan yang berlimpah namun hidup selalu diliputi penuh perasaan khawatir dan was-was. Setelah mereka membajak sawahnya, ia beristirahat sambil makan nasi dengan lauk-pauk yang sederhana dan pulang kembali kerumah tanpa ada perasaan khawatir. Iapun dapat tidur nyenyak dan kembali melakukan pekerjaannya esok pagi seperti sedia kala. Demikianlah mereka menjalani kehidupan ini dan selalu menyatu dengan alam sekitarnya sehingga terhindar dari berbagai macam persoalan yang rumit seperti yang dihadapi oleh orang-orang yang tinggal di perkotaan.
Di dalam kita berusaha tentu harus disertai dengan suatu keyakinan, tentang hasilnya berserahlah kepada Tian. Apabila kita mengalami suatu kegagalan sekalipun, hendaklah hal itu tidak menjadikan diri kita menyerah atau berputus asa. Justru hal itu seharusnya dijadikan sebagai alat untuk memacu diri kita agar berusaha memperbaiki diri untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Ada pepatah yang mengatakan bahwa ’Kegagalan itu adalah kesuksesan yang tertunda. Orang sukses adalah orang yang pernah mengalami kegagalan, namun ia bangkit kembali.”. Meng Zi berkata, ”Barang siapa yang akan menjadi mulia, akan diuji terlebih dahulu lahir-bathinnya.Digagalkan segala usahanya dan dipatahkan urat dan tulangnya, sehingga ia tidak memiliki apa-apa lagi.”
Demikianlah hendaknya kita senantiasa melakukan mawas diri, seperti apa yang tersurat di dalam Lun Yu : I: 4 :
Cingcu berkata,”Tiap hari aku selalu memeriksa diri dalam tiga hal :
Sebagai manusia adakah aku berlaku tidak satya?
Bergaul dengan kawan dan sahabat adakah aku berlaku tidak dapatr dipercaya? Dan
Adakah ajaran guru yang tidak kulatih?
Semoga Tian senantiasa memberkahi kita.
Huang Yi Shang Di, Wei Tian You De. Shanzai!
Selamat Tahun Baru Kongzili 2562!
Xin Nian Kuai Le Shen Ti Jian Kang Long Ma Jing Shen Wan Shi Ru Yi
0 comments:
Post a Comment