Monday, February 7, 2011

Seorang Pemuda dengan Seekor Sapi Perahnya


share on facebook
Font Re-Size
oleh : Xie Zheng Ming


Alkisah pada jaman dahulu kala ada seorang pemuda mempunyai seekor sapi. Sapi ini setiap harinya diperah menghasilkan seember penuh susu. Suatu hari dia mempunyai sebuah pemikiran yang menurut dirinya adalah membanggakan. Setiap hari memerah susu mendapatkan seember penuh,  berarti dalam sebulan saya akan mendapatkan 30 ember. Untuk apa setiap hari susah-susah bekerja,  bukanlah sebulan sekali dengan bekerja lebih keras sehari juga bisa mendapatkan 30 ember susu? Sejak hari itu ia tidak memeras susu lagi. Setelah lewat 1 bulan ia mengundang kerabat dan teman-temannya untuk menikmati susu segar bersama-sama. Ketika para tamu telah datang,  pergilah dia ke kandang sapi dan mulai memerah susu. Akan tetapi bagaimanapun kerasnya usaha dia mencoba,  tak sedikitpun susu ia dapat. Betapa malunya ia. Secara keilmuan susu sapi memang harus diperah setiap hari, jika tidak sapi secara alami akan menghentikan produksi susunya. 

Menulis cerita di atas menjadi teringat ketika masa-masa SMA saya. Ketika itu matematika, akuntansi adalah momok bagi sebagian murid. Guru saya yang mengajar pelajaran tersebut selalu menekankan pemahaman akan proses dan logika berpikir, bukan hasil. Karena itu setiap kali ulangan beliau selalu memberikan soal dalam bentuk uraian/essay tidak dalam bentuk pilihan objektif, sehingga akan dapat terbaca alur berpikir masing-masing siswa, jawaban akhir salah bisa saja mendapatkan nilai yang bagus. 

Kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari hanya memikirkan hasilnya bukan bagaimana cara untuk mencapai hasil tersebut. Melihat orang bisa kaya, memperoleh gelar akademis yang tinggi, punya kedudukan dalam masyarakat hanya merasa iri hati. Mereka bisa kaya, berpengetahuan luas, terpandang dalam masyarakat karena dulunya telah melewati masa-masa perjuangan dan kini sedang memetik jerih payahnya. Orang bisa kaya karena hidup hemat. Orang bisa memiliki wawasan luas karena rajin belajar dan membaca. Orang bisa dihormati dalam masyarakat karena telah berkorban dan berdedikasi bagi orang banyak. 

Ada juga orang yang meninginkan hasil dalam waktu sekejab secara instant, maka jadilah hasil yang instant. Coba bandingkan rasa buah antara yang masak di pohon dengan yang masak karena karbit, mana yang lebih enak? Kalau kita telah menjalani proses itu setapak demi setapak niscaya keberhasilan di depan mata. Tanpa mengalami proses bisa berhasil itu hanya kebetulan saja, seperti ketika kita memilih jawaban yang pas atas pertanyaan objektif yang tidak kita mengerti. 




Please write a comment after you read this article. Thx..!! 

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini. 
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.

0 comments:

Post a Comment