Font Re-Size
Pernah, saat saya sedang memancing di rawa, Bapak datang dan duduk di sebelah saya. Ia berkata, Mil, Bapak mau cerita, mau dengar ? Saya mengangguk. “Kamu tahu proses terjadinya mutiara ?”. Tanya Bapak. Saya menggeleng.
Sambil merangkul pundak, beliau melanjutkan ceritanya. “Waktu kerang muda mencari makan atau bergerak untuk pindah ia akan membuka cangkang penutup kerang itu. Buka-tutup-buka-tutup. Nah suatu kali saat cangkang itu terbuka sebutir pasir masuk ke dalam cangkang kerang itu. Sang kerang pun menangis sambil memanggil-manggi ibundanya. “Bu sakit Bu, ada yang masuk ke dalam tubuhku.
Sang Ibu menjawab, “Sabar ya nak, jangan pedulikan sakit itu, bila perlu berikanlah kebaikan kepada sang pasir yang telah menyakitimu itu. Kerang muda pun menuruti nasehat ibunya. Ia menangis, tapi air matanya digunakan untuk membungkus pasi yang masuk dalam tubuhnya. Hal itu terus menerus ia lakukan. Dengan baluran air mata itu, rasa sakitpun berangsur-angsur berkurang, bahkan kemudian hilang sama sekali. Beberapa saat kemudian, kerang-kerang itu dipanen. Kerang yang ada pasirnya dipisahkan dari kerang yang tidak ada pasirnya. Kerang tak berpasir dijual secara obral di pinggir jalan menjadi KERANG REBUS. Sedangkan kerang yang berpasir dijual ratusan bahkan ribuan kali lipat lebih mahal dibandingkan kerang tak berpasir. Mengapa bisa begitu ? Karena pasir yang ada di dalam kerang itu telah dibalut dengan lapisan air mata menjadi mutiara.
Setelah menarik nafas panjang, Bapak melanjutkan, “Kalau kamu tidak pernah mendapat cobaan , kamu akan menjadi seperti kerang rebus yang tidak ada harganya. Tapi kalau kamu mampu menghadapi cobaan, bahkan mampu memberi manfaat pada orang lain ketika kamu sedang mendapat cobaan, kamu akan menjadi mutiara.
Kamu memilih menjadi apa ?
“Begitulah kalau Tuhan YME hendak menjadikan seseorang besar, lebih dahulu disengsarakan batinnya, dipayahkan urat dan tulangnya, dilaparkan badan kulitnya, dimiskinkan sehingga tidak punya apa-apa, dan digagalkan segala usahanya. Maka dengan demikian digerakkan hatinya, diteguhkan Watak Sejatinya, dan bertambah pengertiannya tentang hal-hal yang ia tidak mampu.” (Bingcu/Mengzi VIIB : 15,2)
sumber : disini
Please write a comment after you read this article. Thx..!!
Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini.
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.
0 comments:
Post a Comment